Kamis, 22 Desember 2011

Tutorial BGP dan MPLS

1. Konsep Subnetting
2. Penghitungan Subnetting
3. Subnetting pada IP Address Class A
4. Subnetting pada IP Address Class B
5. Subnetting pada IP Address Class C
6. Pengertian BGP
7. Pengertian MPLS
8. Tutorial BGP dan MPLS


KONFIGURASI IP ADDRESS
PE_1    : 192.168.1.1/24 -> e1/0
PE_2    : 192.168.3.2/24 -> e1/0
LSR_1 : 192.168.1.2/24 -> e1/0
            : 192.168.2.1 /24-> e1/1
LSR_2 : 192.168.2.2 /24-> e1/0
            : 192.168.3.1/24 -> e1/1

Command Line : contoh PE_1
router (config)# interface ethernet 1/0
router (config-if)# ip address  192.168.1.1 255.255.255.0
router (config-if# no shutdown


KONFIGURASI IP INTERFACE LOOPBACK
LSR_1 : 192.168.100.2/32
LSR_2 : 192.168.100.3/32
PE_1 : 192.168.100.1/32
PE_2 : 192.168.100.4/32

Command Line : contoh PE_1
router (config)# interface loopback 0
router (config-if)# ip address  192.168.100.1 255.255.255.255


SETTING ROUTING DYNAMIC

PE_1
#router ospf 100
#network 192.168.1.0 0.0.0.255 area 100 -> core
#network 192.168.100.1 0.0.0.0 area 100 -> loopback PE1

PE_2
# router ospf 100
# network 192.168.3.0 0.0.0.255 area 100 -> core
# network 192.168.100.4 0.0.0.0 area 100 -> loopback PE2


LSR_1
# router ospf 100
# network 192.168.1.0 0.0.0.255 area 100 -> PE_1
# network 192.168.2.0 0.0.0.255 area 100 -> core
# network 192.168.100.2 0.0.0.0 area 100 -> loopback core
LSR_1
# router ospf 100
# network 192.168.2.0 0.0.0.255 area 100 -> core
# network 192.168.3.0 0.0.0.255 area 100 -> PE_2
# network 192.168.100.2 0.0.0.0 area 100 -> loopback core
CEK ROUTING
Periksa router
# show ip route

Mencoba Ping dari PE_1 Ke LSR_1
# ping 192.168.1.2

AKTIFKAN BGP
PE_1
# router bgp 100
# no synchronization
# neighbor 192.168.100.3 remote-as 100
# neighbor 192.168.100.3 update-source Loopback0
# no auto-summary

PE_2
# router bgp 100
# no synchronization
# neighbor 192.168.100.1 remote-as 100
# neighbor 192.168.100.1 update-source Loopback0
# no auto-summary

 cek status BGP
# show ip bgp neighbors atau
# show ip bgp summary

statusnya harus Active

AKTIFKAN MPLS
PE_1
# ip cef
# mpls label protocol ldp
# mpls ldp router-id loopback0 force
# interface Ethernet 1/0 -> connect ke LSR_1
# ip address 192.168.1.1 255.255.255.0
# mpls ip

PE_2
# ip cef
# mpls label protocol ldp
# mpls ldp router-id loopback0 force
# interface Ethernet 1/0 -> connect ke LSR_2
# ip address 192.168.3.2 255.255.255.0
# mpls ip


LSR_ 1
# ip cef
# mpls label protocol ldp
# mpls ldp router-id loopback0 force
# interface Ethernet 1/0 -> connect ke PE_1
# ip address 192.168.1.2 255.255.255.0
# mpls ip
# exit

# ip cef
# mpls label protocol ldp
# mpls ldp router-id loopback0 force
# interface Ethernet 1/1 -> connect ke LSR_2
# ip address 192.168.2.1 255.255.255.0
# mpls ip

LSR_2
# ip cef
# mpls label protocol ldp
# mpls ldp router-id loopback0 force
# interface Ethernet 1/0 -> connect ke LSR_1
# ip address 192.168.2.2 255.255.255.0
# mpls ip
# exit

# ip cef
# mpls label protocol ldp
# mpls ldp router-id loopback0 force
# interface Ethernet 1/1 -> connect ke PE_2
# ip address 192.168.3.1 255.255.255.0
# mpls ip

Cek Status MPLS
# show mpls ldp neighbor

Rabu, 21 Desember 2011

Home

1. Konsep Subnetting
2. Penghitungan Subnetting
3. Subnetting pada IP Address Class A
4. Subnetting pada IP Address Class B
5. Subnetting pada IP Address Class C
6. Pengertian BGP
7. Pengertian MPLS
8. Tutorial BGP dan MPLS

Pengertian BGP

BGP

Border Gateway Protocol disingkat BGP adalah inti dari protokol routing internet. Protocol ini yang menjadi backbone dari jaringan internet dunia. BGP adalah protokol routing inti dari internet yg digunakan untuk melakukan pertukaran informasi routing antar jaringan. BGP dijelaskan dalam RFC 4271. RFC 4276 menjelaskan implementasi report pada BGP-4, RFC 4277 menjelaskan hasil ujicoba penggunaan BGP-4. Ia bekerja dengan cara memetakan sebuah tabel IP network yang menunjuk ke jaringan yg dapat dicapai antar Autonomous System (AS). Hal ini digambarkan sebagai sebuah protokol path vector. BGP tidak menggunakan metrik IGP (Interior Gateway Protocol) tradisional, tapi membuat routing decision berdasarkan path, network policies, dan atau ruleset. dari Januari 2006 hingga saat ini BGP versi 4 masih digunakan. BGP mendukung Class Inter-Domain Routing dan menggunakan route aggregation untuk mengurangi ukuran tabel routing. sejak tahun 1994, BGP-4 telah digunakan di internet. semua versi dibawahnya sudah tidak digunakan. BGP diciptakan untuk menggantikan protokol routing EGP yang mengijinkan routing secara tersebar sehingga tidak harus mengacu pada satu jaringan backbone saja.
Multi Protocol Label Switching (MPLS) adalah jaringan (network) yang didefinisikan oleh IETF untuk memadukan mekanisme label swapping di layer dua dengan routing di layer tiga untuk mempercepat pengiriman paket. Arsitektur MPLS dirancang guna memenuhi karakteristik-karakteristik wajib dari sebuah jaringan kelas carrier (pembawa) berskala besar.[IETF]
Multiprotocol Label Switching (MPLS) merupakan sebuah teknik yang menggabungkan kemampuan manajemen switching yang ada dalam teknologi ATM dan fleksibilitas network layer yang dimiliki teknologi IP. Konsep utama MPLS ialah teknik peletakan label dalam setiap paket yang dikirim melalui jaringan ini. MPLS bekerja dengan cara memberi label untuk paket-paket data, untuk menentukan rute dan prioritas pengiriman paket tersebut. Label tersebut akan memuat informasi penting yang berhubungan dengan informasi routing suatu paket, diantaranya berisi tujuan paket serta prioritas paket mana yang harus dikirimkan terlebih dahulu.
Teknik ini biasa disebut dengan label switching. Dengan informasi label switching yang didapat dari router network layer, setiap paket hanya dianalisa sekali di dalam router dimana paket tersebut masuk dalam jaringan untuk pertama kali. Router tersebut berada di tepi dan dalam jaringan MPLS yang biasa disebut label switching router (LSR).
Network MPLS terdiri atas sirkit yang disebut label-switched path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut label-switched router (LSR). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan egress. Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah forwarding equivalence class (FEC), yang merupakan kumpulan paket yang menerima perlakukan forwarding yang sama di sebuah LSR. FEC diidentifikasikan dengan pemasangan label.

Untuk membentuk LSP, diperlukan suatu protokol persinyalan. Protokol ini menentukan forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap mempercepat proses forwarding dan mempertinggi fleksibilitas pemilihan path. Hasilnya adalah network datagram yang bersifat lebih connection-oriented.
Penggunaan label swapping ini memiliki banyak keuntungan. Ia bisa memisahkan masalah routing dari masukan forwarding. Routing merupakan masalah jaringan global yang membutuhkan kerjasama dari semua router sebagai partisipan. Sedang forwarding (pengiriman) merupakan masalah setempat. Router switch mengambil keputusannya sendiri tentang jalur mana yang akan diambil. MPLS juga memiliki kelebihan yang mampu memperkenalkan kembali connection stak ke dalam dataflow IP.
Algoritma Multi Protocol Label Switching (MPLS)adalah suatu metode forwarding paket yang melalui suatu jaringan dengan menggunakan informasi label yang dilekatkan pada paket IP. Dan merupakan perkembangan terbaru dari multilayer switch yang diusahakan oleh IETF (InternetEngineering Task Force). Hal ini dilakukan agar terdapat standar untuk multilayer switch dan mendukung interoperabilitas. Disebut multiprotokol karena tekniknya dapat diterapkan pada semua protokol layer jaringan. Dasar teknologi label switching mampu meningkatkan performansi routing,memperbaiki jangkauan layer jaringan, dan menyediakan fleksibilitas yang lebih besar dalam pengiriman pelayanan routing. MPLS menerapkan komponen control yang mirip dengan multilayer switch. Untuk mendukung interoperabilitas, MPLS mendefinisikan pensinyalan IP dan protokol distribusi label yang baru. Sedangkan komponen forwardingnya berdasarkan algoritma label swapping.
Salah satu keunggulan MPLS adalah menyediakan pelayanan ISP yang baru yang tidak bisa dilakukan dengan teknik routing IP yang lama. Dengan pemisahan antara komponen control dan komponen forwarding, MPLS mendukung fleksibilitas perkembangan fungsi komponen control tanpa mengubah mekanisme forwarding. Sehingga MPLS dapat meningkatkan kemampuan forwarding yang dibutuhkan untuk mengantisipasi perkembangan internet yang sangat pesat. MPLS menggabungkan teknologi switching/forwarding layer 2 dengan teknologi routing layer 3 pada standar OSI (OpenSystem Interconnection). Pada dasarnya pengertian MPLS dibangun dari dua hal mendasar berikut ini:
1.      Pemisahan komponen kontrol (Control Plane) dan komponen penerus (forwarding) (Data Plane) Semua switching multilayer, termasuk MPLS, terdiri dari dua komponen fungsional yang berbeda yaitu sebuah komponen kontrol dan sebuah komponen forwarding. Komponen control membentuk fungsi yang berkaitan dengan pengidentifikasian reachability ke prefix tujuan. Sehingga bagian kontrol terdiri dari semu informasi routing layer 3 berserta proses yang berjalan didalamnya yang berkaitan dengan pertukaran informasi reachbility untuk suatu prefi layer 3 tertentu, sebagai contoh dari fungsi ini adalah digunakannya OSPF, IS-IS, atau BGP-4. Komponen kontrol juga membentuk suatu fungspensinyalan yang menerapkan LDP, CR-LDP, atauRSVP-TE untuk mempertukarkan atau mendistribusikan informasi dengan router yan lain dengan tujuan membangun dan mengurusi tabel forwarding. Ketika paket tiba, komponen penerus mencari tabel forwarding yang diurus oleh komponen kontrol untuk membuat suatu keputusan routing bagi setiap paket. Secara spesifik, komponen forwarding memeriksa informasi didalam header paket, menelusuri table forwarding, dan menghubungkan paket dariantarmuka input ke antarmuka output melintasi router (system’s switching fabric). Dengan total memisahkan komponen control dengan komponen forwarding, setiap komponen dapat secara bebas dikembangkan dan dimodifikasi. Yang dibutuhkan dari pemisahan komponen ini adalah komunikasi yang terus menerus antara komponen kontrol (Control Plane) dan komponen forwarding (Data Plane) dalam mengatur tabel forwarding paket.
 Algoritma penerusan label-swapping (penukaranlabel) Komponen forwarding MPLS (Data Plane) membentuk fungsi yang berkaitan dengan penerusan paket data. Paket ini dapat berupa paket IP layer 3 atau paket IP berlabel. Bila paket IP Layer 3 memasuki komponen ini, maka akan diteruskan berdasarkan tabel FIB (ForwardingInformation Base), sedangkan bila paket IP berlabel, penerusan pada setiap router backbone MPLS didasarkan pada algoritma label-swaping berdasarkan tabel LFIB (Label ForwardingInformation Base) yang mirip dengan yang digunakan oleh Frame Relay sebelumnya diatas dan akan dijelaskan pada sub-bab Mekanisme Forwarding





Pengertian MPLS

MPLS 


1. Konsep Subnetting
2. Penghitungan Subnetting
3. Subnetting pada IP Address Class A
4. Subnetting pada IP Address Class B
5. Subnetting pada IP Address Class C
6. Pengertian BGP
7. Pengertian MPLS
8. Tutorial BGP dan MPLS

Multiprotocol Label Switching (disingkat menjadi MPLS) adalah teknologi penyampaian paket pada jaringan backbone berkecepatan tinggi. Asas kerjanya menggabungkan beberapa kelebihan dari sistem komunikasi circuit-switched dan packet-switched yang melahirkan teknologi yang lebih baik dari keduanya. Sebelumnya, paket-paket diteruskan dengan protokol routing seperti OSPF, IS-IS, BGP, atau EGP. Protokol routing berada pada lapisan network (ketiga) dalam sistem OSI, sedangkan MPLS berada di antara lapisan kedua dan ketiga.
Prinsip kerja MPLS ialah menggabungkan kecepatan switching pada layer 2 dengan kemampuan routing dan skalabilitas pada layer 3. Cara kerjanya adalah dengan menyelipkan label di antara header layer 2 dan layer 3 pada paket yang diteruskan. Label dihasilkan oleh Label-Switching Router dimana bertindak sebagai penghubung jaringan MPLS dengan jaringan luar. Label berisi informasi tujuan node selanjutnya kemana paket harus dikirim. Kemudian paket diteruskan ke node berikutnya, di node ini label paket akan dilepas dan diberi label yang baru yang berisi tujuan berikutnya. Paket-paket diteruskan dalam path yang disebut LSP (Label Switching Path).
Komponen MPLS :
1.      Label Switched Path (LSP): Merupakan jalur yang melalui satu atau serangkaian LSR dimana paket diteruskan oleh label swapping dari satu MPLS node ke MPLS node yang lain.
2.      Label Switching Router: MPLS node yang mampu meneruskan paket-paket layer-3
3.      MPLS Edge Node atau Label Edge Router (LER): MPLS node yang menghubungkan sebuah MPLS domain dengan node yang berada diluar MPLS domain
4.      MPLS Egress Node: MPLS node yang mengatur trafik saat meninggalkan MPLS domain
5.      MPLS ingress Node: MPLS node yang mengatur trafik saat akan memasuki MPLS domain
6.      MPLS label: merupakan label yang ditempatkan sebagai MPLS header
7.      MPLS node: node yang menjalankan MPLS. MPLS node ini sebagai control protokol yang akan meneruskan paket berdasarkan label.
Cara kerja MPLS :

OSI sendiri merupakan singkatan dari Open System Interconnection. Model ini disebut juga dengan model "Model tujuh lapis OSI" (OSI seven layer model).

Subnetting Pada Ip Address Class A


1. Konsep Subnetting
2. Penghitungan Subnetting
3. Subnetting pada IP Address Class A
4. Subnetting pada IP Address Class B
5. Subnetting pada IP Address Class C
6. Pengertian BGP
7. Pengertian MPLS
8. Tutorial BGP dan MPLS

Sekarang kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. PERBEDAANNYA ADALAH DI OKTET MANA KITA MAINKAN BLOK SUBNET. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan :
  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 - 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 - 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?  

Subnet
10.0.0.0
10.1.0.0
10.254.0.0
10.255.0.0
Host Pertama
10.0.0.1
10.1.0.1
10.254.0.1
10.255.0.1
Host Terakhir
10.0.255.254
10.1.255.254
10.254.255.254
10.255.255.254
Broadcast
10.0.255.255
10.1.255.255
10.254.255.255
10.255.255.255
Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu di artikel berikutnya ;)
Catatan : Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x - 2
Tahap berikutnya adalah silakan download dan kerjakan soal latihan subnetting. Jangan lupa mengikuti artikel tentang Teknik Mengerjakan Soal Subnetting untuk memperkuat pemahaman anda dan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan soal dalam waktu terbatas.
REFERENSI
  1. Todd Lamle, CCNA Study Guide 5th Edition, Sybex, 2005.
  2. Module CCNA 1 Chapter 9-10, Cisco Networking Academy Program (CNAP), Cisco Systems.
Hendra Wijaya, Cisco Router, Elex Media Komputindo, 2004

Subnetting Pada Ip Address Class B

1. Konsep Subnetting
2. Penghitungan Subnetting
3. Subnetting pada IP Address Class A
4. Subnetting pada IP Address Class B
5. Subnetting pada IP Address Class C
6. Pengertian BGP
7. Pengertian MPLS
8. Tutorial BGP dan MPLS

Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “DIMAINKAN” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung KE OKTET KETIGA, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “MAINKAN” di OKTET KEEMPAT, tapi setelah selesai, OKTET KETIGA berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30

Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24.

Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan :
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 - 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?

Subnet
172.16.0.0
172.16.64.0
172.16.128.0
172.16.192.0
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.64.1
172.16.128.1
172.16.192.1
Host Terakhir
172.16.63.254
172.16.127.254
172.16.191.254
172.16.255.254
Broadcast
172.16.63.255
172.16.127.255
172.16.191.255
172.16..255.255

note :
172.16.0.0/19 = (255.255.224.0)
jumlah subnet : 23 = 8
jumlah host setiap subnet : 213-2 =
blok subnet : 256-224 = 32 à 0,32,64,96,128,160,192,224

Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 - 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 - 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0
172.16.0.128
172.16.1.0
172.16.255.128
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.0.129
172.16.1.1
172.16.255.129
Host Terakhir
172.16.0.126
172.16.0.254
172.16.1.126
172.16.255.254
Broadcast
172.16.0.127
172.16.0.255
172.16.1.127
172.16.255.255
Note :
Subnet : 172.10.0.0, 172.10.0.128, 172.10.1.0, 172.10.1.128, 172.10.2.0, 172.10.2.128, ... 

Subnetting Pada Ip Address Class C

1. Konsep Subnetting
2. Penghitungan Subnetting
3. Subnetting pada IP Address Class A
4. Subnetting pada IP Address Class B
5. Subnetting pada IP Address Class C
6. Pengertian BGP
7. Pengertian MPLS
8. Tutorial BGP dan MPLS

Sekarang mari kita langsung latihan menghitung IP Address class C. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah Network Address 192.168.1.0/26 ?  
Analisa : 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan : Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, JUMLAH SUBNET, JUMLAH HOST PER SUBNET, BLOK SUBNET, ALAMAT HOST DAN BROADCAST YANG VALID. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu :
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada OKTET TERAKHIR subnet mask (2 OKTET TERAKHIR UNTUK KELAS B, DAN 3 OKTET TERAKHIR UNTUK KELAS A). JADI JUMLAH SUBNET ADALAH 22 = 4 SUBNET.
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. JADI JUMLAH HOST PER SUBNET ADALAH 26 - 2 = 62 HOST.
  3. Blok Subnet = 256 - 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. JADI SUBNET LENGKAPNYA ADALAH 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet
192.168.1.0
192.168.1.64
192.168.1.128
192.168.1.192
Host Pertama
192.168.1.1
192.168.1.65
192.168.1.129
192.168.1.193
Host Terakhir
192.168.1.62
192.168.1.126
192.168.1.190
192.168.1.254
Broadcast
192.168.1.63
192.168.1.127
192.168.1.191
192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
SUBNET MASK
NILAI CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30

Penghitungan Subnetting

1. Konsep Subnetting
2. Penghitungan Subnetting
3. Subnetting pada IP Address Class A
4. Subnetting pada IP Address Class B
5. Subnetting pada IP Address Class C
6. Pengertian BGP
7. Pengertian MPLS
8. Tutorial BGP dan MPLS



Setelah anda membaca artikel Konsep Subnetting, Siapa Takut? dan memahami konsep Subnetting dengan baik. Kali ini saatnya anda mempelajari teknik penghitungan subnetting. Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah : JUMLAH SUBNET, JUMLAH HOST PER SUBNET, BLOK SUBNET, DAN ALAMAT HOST- BROADCAST.  
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah : 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (CLASSLESS INTER-DOMAIN ROUTING) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah SUBNET MASK berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah :  

Subnet Mask
Nilai CIDR
255.128.0.0
/9
255.192.0.0
/10
255.224.0.0
/11
255.240.0.0
/12
255.248.0.0
/13
255.252.0.0
/14
255.254.0.0
/15
255.255.0.0
/16
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30